Ridwan Kamil Nyalakan Kembali Gagasan Pembangunan Kereta Menggantung di Bandung
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan tujuannya untuk menghidupkan kembali gagasan pembangunan cable car atau kereta menggantung di Bandung. Kemauan ini bersamaan dengan gagasan pemerintahan di tempat mengatur mekanisme transportasi di Bandung mulai 2023.
“Awalnya Januari, beberapa kepala daerah, Wali Kota Bandung, Cimahi, Bupati Bandung, KBB (Bandung Barat), dan Sumedang akan bersatu untuk menyetujui bujet, menyetujui operasional dan sebagainya bersamaan dengan lahirnya dan memulai bekerjanya Badan Pengurus Cengkungan Bandung,” kata Ridwan Kamil setelah mencoba bis listrik di Kota Bandung.
Ridwan Kamil menjelaskan sebagian besar warga di cengkungan Bandung yang menyebar di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Sumedang, sekarang lakukan pengerahan memakai kendara individu. Pembenahan mekanisme transportasi itu dibutuhkan untuk menggerakkan warga berpindah memakai transportasi umum.
“Sebagian besar dari warga di cengkungan Bandung memakai transportasi individu lebih kurang nyaris 84 %. Dalam perhitungan 20-30 tahun, jika ini didiamkan, cocok keluar dari rumah semuanya sudah terkena macet . Maka jika orang bertanya jalan keluarnya apa, satu diantaranya silahkan perlahan-lahan mengganti pola hidup ke transportasi khalayak,” kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil meneruskan, ada tiga model transportasi yang hendak diperkembangkan sekalian untuk layani Bandung Raya. Ke-3 nya ialah LRT, kereta menggantung, dan BRT.
Model transportasi yang berbeda ini dibutuhkan karena topography Bandung yang berliku, berbukit-bukit, dan jalannya condong sempit. “Di daerah yang datar kita akan gunakan BRT yang hendak kita lunching antara regional. Insya Allah ada LRT yang disetujui jalurnya. Antara bukit-bukit, mimpi dahulu yang bernama cable car akan diawali dan dihidupkan kembali,” katanya.
Gagasan pembangunan kereta menggantung itu sebagai mimpi usang Ridwan Kamil saat memegang sebagai Wali Kota Bandung. Ia mengharap, pembenahan mekanisme transportasi secara utuh ini akan ikut mengarah operator-operatornya, seperti angkutan kota alias angkot.
Ia menyampaikan tujuannya untuk mengcoversi angkot ke bis. Hingga, sopir-sopir angkot jadi sisi dari konsorsium transportasi publi.
“Ketika menjadi supri angkot penghasilannya x, kelak dengan mekanisme ini penghasilannya masih tetap x, cuma berbeda dari nyetir angkot kelak jadi nyetir bis dan sebagainya,” katanya.
Ridwan Kamil akui, gagasan alterasi angkot itu belum ditetapkan waktunya. “Saya tidak dapat ngomong kapan. Tetapi pokoknya kita kerjakan setahap. Dan kita memahami launching satu jalur bis saja banyak dinamika sosialnya, premanisme dan lain-lain menghias informasi pada akhirnya pesan intinya justru jadi lenyap,” katanya.
Ridwan Kamil meneruskan, pembenahan mekanisme transportasi itu memerlukan waktu. Pada tahapan awalnya, dia ingin 84 % kendaraan individu berpindah ke angkutan massal.
Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat A Koswara menjelaskan BRT akan diperkembangkan di Bandung Raya sampai 17 koridor. Sekarang ini, bis telah bekerja di lima koridor. “BRT 17 koridor itu jika full kita operasikan itu ada 455 bis,” katanya.
Dalam pada itu, pembangunan LRT saat masih juga dalam tahapan pengkajian feasibitlity studi yang sudah dilakukan oleh Kementerian Keuangan dengan prediksi permodalan memakai pola KBPU. “LRT itu barat-timur dan utara-selatan. Kelak hub-nya di Leuwipanjang. Jika BRT sentralnya di alun-Alun stasiun besarnya di Alun-Alun,” kata Koswara.
Koswara menerangkan, untuk kereta menggantung, pemerintahan akan meningkatkan kembali gagasan awalnya Kota Bandung. “Gagasan Kota Bandung kita ulasan, kita pebaiki kembali, di integratifkan dengan LRT dan BRT. Cable Car dari Bandung ada tiga trase, kelak peluang bertambah jika kita riset keseluruhannya,” katanya.